Rabu, 10 Juli 2013

Rabu, 29 April 2009

desain gigi tirua sebagian dan surveying

Filosofi Desain GTL dan Distribusi Tekanan

a) Penetral tekanan

b) Perlekatan presisi

c) Distribusi tekanan luas

Prinsip-prinsip

  1. Gaya lateral atau gaya torsi dapat merusak gigi dan struktur pendukungnya
  2. GTL bisa berfungsi sebagai

Ø Bidang terinklinasi, jika tidak didukung dengan baik oleh dukungan jaringan yang ditentukan dengan tepat.

Ø Titik tumpu, panjang titik tumpu (lever arm) menentukan jumlah gaya yang ditransfer ke gigi penopang.

  1. Setiap upaya harus dilakukan selama desain GTL untuk meminimalisir titik tumpu dan untuk mencegah rotasi dalam bidang sagittal, vertikal dan horizontal.
  2. Dukungan lebih penting dari retensi dalam desain GTL, khususnya GTL ekstensi.
  3. Garis tumpu adalah melalui gigi penopang yang paling distal, pada kedua sisi lengkung, garis tumpu ganda bisa ditemukan.
  4. Menghilangkan sebanyakan mungkin ruang modifikasi (melalui cekat, dll) tanpa menghasilkan GTL unilateral.

l Retainer tidak langsung – melawan pergerakan GTL jauh dari basis jaringan

Mereka dipasang anterior ke garus tumpuan

Mereka dipasang sejauh mungkin dari anterior garis tumpu

Idealnya dipasang tegak lurus dengan garis tumpuan.

  1. Bidang yang dibuat dengan baik dapat memberikan kontribusi besar bagi stabilitas danretensi GTL.

Kaidah desain

Ø Rest dan platpandu selalu tegak lurus dengan area edentulous

Ø Garis tengah palatal silang berada pada sebelah kanan

Ø Sulcus gingiva silang pada sudut kanan

Ø Membiarkan konektor kecil 5 mm jauhnya

Ø Mengatur garus akhir internal dan eksternal.

Surveying Gigitiruan Sebagian Lepasan

Dokter gigi bertanggungjawab untuk surveying dan perancangan Gigitiruan sebagianlepasan. Tujuan dari surveyor adalah:

a) Menyurvei kast studi

b) Menyurvei kast master

c) Membentuk kontur pola-pola wax untuk mahkota yang disurvei

d) Menempatkan retainer intracoronal

e) Menempatkan rest presisi

Urutan surveying

a) mengidentifikasi permukaan-permukaan gigi proksimal yang bisa dibuat paralel untuk bidang pandu

b) mengidentifikasi dan menentukan apakah gigi dan area bertulang interferensi perlu dimodifikasi atau dihilangkan

c) menempatkan dan mengukur area-area gigi yang bisa digunakan untuk retensi

d) menentukan sebuah posisi “dasar” dengan survei visual, dengan kast di table, sesuaikan table sampai semua undercut dan bidang pandu separalel mungkin.

e) Dengan batang penganalisis, pastikan keparalelan posisi ini dan lakukan penyesuaian jika perlu

f) Mengukur retensi gigi penopang

g) mengukur undercut jaringan

h) tripod-mark tiga tiga titik dalam bidang yang sama.


Rabu, 22 April 2009

PEMELIHARAAN GIGI TIRUAN

Gigi palsu atau gigi lepasan adalah salah satu jenis gigi tiruan. Gigi tiruan itu bisa dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Gigi palsu tersebut dirancang agar bisa menempel erat, tepat, dan rapi di dalam mulut. Ia bisa berfungsi sebagai alat pengunyah, bicara, dan mempercantik diri seperti gigi asli. Namun, gigi palsu itu juga harus mudah dilepas dan dipasang kembali tanpa bantuan dokter gigi.
Karena itu, syarat utama gigi tiruan adalah sebagian lepasan harus dirancang dengan tepat sesuai fungsinya. Tentu, harus memperhatikan kesehatan rongga mulut serta kesehatan tubuh pada umumnya. Gigi tiruan yang dirancang sembarangan akan mngganggu fungsi mengunyah, bicara, kecantikan, bahkan rawan membahayakan pemakainya. Di antaranya, tertelan dan alergi.
Gigi palsu yang dirancang dengan pertimbangan para ahli gigi palsu (prosthodontist) yang cermat tak akan mengakibatkan alergi, kerusakan jaringan gusi, serta tidak gampang lepas. Meski, si pemakai sedang bersin, tertawa lebar, atau sedang tersedak sekalipun.
Jika rancangan gigi palsu dan konstruksinya sudah benar, ada beberapa faktor pemicu gigi tiruan lepasan tertelan. Di antaranya, gigi palsu retak, pecah sebagian, atau berubah bentuk karena pemeliharaan kurang baik.
Pemeliharaan gigi tiruan yang kurang tepat juga memberi efek perubahan bentuk fisik dan kekenyalan gigi tiruan. Kestabilan gigi palsu berkurang dan membuat luka pada jaringan atau gusi yang menyangganya. Sebaiknya gigi tiruan dilepas pada saat tidur dan direndam air bersih dalam tempat khusus (gelas). Atau, direndam obat pembersih gigi tiruan yang banyak dijual di toko peralatan gigi.
Sebelum direndam, sebaiknya gigi tiruan dicuci dengan sabun mandi (bukan pasta gigi). Sebab, pasta gigi biasanya mengandung kristal batu apung yang menggores gigi tiruan. (*)

GIGI TIRUAN DI ATAS PIRANTI BAR CEKAT

ABSTRAK

Fungsi gigi tiruan sebagian adalah memelihara struktur jaringan yang tersisa. Prothesa pengganti tersebut tidak boleh menyebabkan hilangnya gigi penyangga atau ganggauan terhadap kesehatan temporomandibular joint.(1) Dalam proses desain gigitiruan sebagian lepasan, berlaku suatu prinsip umum dan penting yaitu dokter harus mengetahui selengkap-lengkapnya keadaan fisik pasien dan memmahami betul bentuk, indikasi, dan kebutuhan akan jenis perawatan (2)
Penggantian beberapa gigi yang hilang pada region rahang edentulous dapat dilakukan dengan menggunakan teknik simple tissue bone, yaitu dengan menggunakan alat partial denture over fixed bar. Kenyamanan dan estetika alat ini hampir sama dengan gigitiruan jembatan akan tetapi di desain lebih khusus dengan mengurangi beban oklusal yang di terima gigi penyangga selama mastikasi. (3)

PENDAHULUAN
Bila sebuah gigi asli tercabut, seluruh daerah periodontium juga akan rusak sehingga hanya mukosa yang jumlahnya lebih kecil dari daerah periodontal yang hilang tetap ada untuk mendukung beban yang mengenai gigitiruan penggantinya, sehingga kehilangan gigi merupakan indikasi pembuatan gigi tiruan baik itu gigitiruan jembatan, gigitiruan kerangka logam atau gigitiruan dengan plat akrilik. (4)

FAKTOR PENTING DALAM PEMBUATAN GIGITIRUAN KERANGKA LOGAM DAN JEMBATAN (5)
1. Keutuhan gigi penyangga
2. Panjang diastem
Berpengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh gigi penyangga dan jaringa periodontium dalam pembuatan gigi tiruan.
3. Jumlah diastem
Berpengaruh terhadap penyebaran tekanan kunyah
4. Resorbsi prosesus alveolaris
Selain penggantian gigi juga perlu diadakan penambahan prosesus alveolaris yang hanya bisa dilakukan dengan suatu gigi tiruan kerangka logam atau gigitiruan jembatan yang bisa di lepas.
5. Kondisi gigi yang tersisa terutama jika gigi ini berfungsi sebagai penyangga.

TEKNIK PEMBUATAN
Teknik ini membutuhkan hal-hal sebagai berikut (3,6)
1). Pembuatan mahkota penuh pada gigi penyangga atau mahkota keramik di gabung dengan mahkota metal denan menggunakan mahkota konvensional dan teknik gigitiruan jembatan.
2). Kedua gigi penyangga di hubungkan dengan bar berbentuk huruf `T` terbalik dan terbuat dari logam mulia yang kemudian di solder pada mahkota tiruan pada gigi penyangga.
3). Bar dilapisi cobalt-chrome dan kerangka sadelnya terbuat dari logam mulia. Kerangka sadel berbentuk huruf `T` terbalik, ini untuk mencegah pergerakan sadel kearah lateral, tapi memudahkan sadel bergerak kearah vertikal ketika di insersikan atau di lepaskan. Kerangka sadel di beri cengkeram tuang untuk membantu retensi pada vertical plane .
4). Perlekatan antara gigi dan basis gigitiruan kerangka sadel. Umumnya di gunakan kerangka cobalt-chrome, Namun apabila terdapat kekurangan ruang dlam arah vertikal akibat erupsi yang berlebihan dari gigi atau dibutuhkan estetik yang lebih baik, dapat di gunakan kerangka logam yang di gabung dengan gigi porselen dan basis gigi tiruan.

Penentuan penggunaan gigi penyangga pada suatu gigitiruan sebagian tidak terlepas dari faktor-faktor berikut.(5)
1). Bentuk dan posisi gigi.
2). Kondisi jaringan Periodontium
Gigi yang berbentuk kerucut atau yang mengalami rotasi kurang sesuai untuk di pakai sebagai penyangga. Pembebanan tambahan pada gigi sehubungan dengan penjangkaran dapat mengakibatkan kemunduran jaringan periodontal yang lebih cepat dan mengakibatkan kehilangan gigi tersebut.
Desain dari piranti merupakan bagian penting dari rencana pembuatan gigitiruan sebab struktur piranti gigitiruan tersebut meneruskan tekanan mastikasi dari permukaan oklusal gigi artifisial pada gigi asli dan lingir alveolar.(8)
Gigi pada bagian mesial dan distal di preparasi untuk pembuatan mahkota seperti pada pembuatan gigitiruan jembatan. Cetakan akurat segera di kirim ke laboratorium. Model pada logam di sesuaikan pada model yang di preparasi Flat bar vertical menutupi daerah edentulous yang dilapisi malam dan di satukan dengan logam. Bar di haluskan dan di solder pada coping logam. Saat penempatan dalam mulut gigi ini di anggap sebagai bagian dari gigi asli sehingga oklusinya harus di sesuaikan dengan gigi yang lain.

RINGKASAN
Gigitiruan sebagian di atas bar cekat dapat di jadikan piranti yang ideal untuk menggantikan kehilangan gigi pada edentulous ridge yang panjang, dengan menghubungkan gigi penyangga pada bagian mesial dan distal. Gigi penyangga dan jaringan lunak tidak menunjukkan tanda-tanda adanya tekanan dari alat. Alat ini terdiri dua bagian, pertama di fiksasi sementara bagian lain berupa piranti lepasan yang berfungsi mengurangi tekanan pada piranti tersebut. Bagian tiruan ini dapat di pasang dengan dua arah pemasangan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
1. Holmes JB. Influence of impression procedures and occlusal loading on partial denture movement. J Prosthet dent 2001: 335-40
2. Suryatenggara F. Desain gigitiruan sebagian lepasan dalam : Gunadi HA, editor. Ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid II Jakarta: Hipoktrates : 1995 :308
3. Poschelle KK. The partial denture over a fixed guide bar appliance : atechnique for restoring partially edentulous quadrant . Aust dent J 1990 : 35 409-12
4. WattDM, Macgregor AR.enentuan desain geligi tiruan sebagian lepasan. Alih bahasa : yuwono l.sherly, editor Jakarta hipokrates: 1992 hal 27-33
5. Yamamoto M. Metal ceramic :principles and methods of makoto yamamoto Chicago : Quintessence publishing co. inc 1985 19.
6. Keaugh BE, Kay HB, Roseberg MM, Holt RL. Periodontal prosthetics : prosthetic management of the patient with advanced periodontal disease. In: Hardin JF, Editor. Clark’s Clinical Dentisty vol.4. Philadelpia:JB. Lippincont company: 1987. P.65
7. Bouncer LJB, Renner RP. Gigitiruan kerangka logam. Dalam : Battituzzi PGFCM, kayser AF, Keltjens HMAM, Plasmans PJJM. Gigitiruan sebagian : titik tolak pada diagnose dan perawatan dari gigi-gigi yang rusak. Alih bahasa : kosasih AI, Kosasi AR. Jakarta : Widya medika : 1996. Hal.100-35
8. Frenchette AR. The Influence of partial denture design on distribusi of force to abutment teeth. J.Prosthet Dent 2001 : 85:527-38

Rabu, 15 April 2009

Kegagalan Penentuan Relasi vertikal

bila relasi vertikal terlalu tinggi, harus dikurangi ketinggian tanggul gigitan rahang bawah supaya tidak mengagnggu estetik pasien, kecuali bila pengurangannya banyak sehingga gigitan bawah habis kita boleh mengurangi bagian yang atas, dalam hal ini terpaksa mengorbankan esteik pasien. pengurangan tanggul gigitan rahang atas harus hati-hati, jangan sampai kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.

sebagai pedoman waktu pengurangan ketinggian tanggul gigitan ialah dengan menarik garis yang sejajajr bidang orientasi pada tanggul gigitan tersebut.
relasi vertikal yang terlalu tinggi akan mengakibatkan :
  • gtl kurang stabil karena permukaan oklusal GT letaknya terlalu jauh dari puncak lingir
  • tidak enak dipakai dan otot pengunyahan terasa lelah
  • profil pasien menjadi jelek karena otot ekspresi tegang dan bila terlalu tinggi, bibir tak dapat menutup
  • terjadi clicking dari gigi (horse sound)
  • dapat terjadi : luka pada jaringan pendukung, resorspsi tulang dan gangguan pada sendi rahang.
bila relasi vertikal terlalu rendah, kita tambah tanggul gigitan bawah dengan menggunakan lembaran malam/lilin supaya ketebalannya merata dan tidak mengganggu kesejajaan bidang orientasi. jangan sekali-kali menambah tanggul gigitan atas karena akan menambah jarak "low lip line/garis insisal yang telah kita tentukan.

relasi vertikal yang terlalu rendah akan mengakibatkan
  • kekuatan gigitan akan berkuang, sehingga efisiensi pengunyahan berkurang
  • ekspresi wajah terlihat lebih tua:
  1. bibir kehilangan kepadatan dan terlihat tipis
  2. sudut mulut menjadi turun dan melipat
  3. gigi-gigi kurang terlihat, selah-olah tidak bergigi
  4. pipi dan bibir sering tergigit karena tonus otot kurang
  5. fonetik terganggu terutama pada pengucapan huruf 's' yang diucapkan mendesis
  6. karena rongga mulut menjadi sempit, lidah akan terdesak ke arah laring atau faring dan dalam keadaan kronis akan mengganggu tuba Eustachii, sehingga telinga terganggu
  7. costen syndrom dengan gejala-gejala:
  • tuli yang ringan, sering pusing, tinnitus, sakit pada pergerakan sendi dan nyeri bila ditekan.
  • terjadi gejala neurologik:lidah rasa terbakar, rasa sakit pada lidah dan tenggorokan, rasa sakit kepala pada regio temporalis, gangguan pada kelenjar lidah sehingga sekresi air ludah berkurang dan mulut terasa kering

Selasa, 07 April 2009

Indikasi dan kontraindikasi GI

Indikasi

a. Lesi erosi servikal

Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin, menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.

b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)

Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.

c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer digunakan sebagaibahan sub bonding

d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.

e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets.

f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.

g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan mahota yang parah.

h. Restorasi gigi susu.

Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.

i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat

Kontra indikasi

a. Semen glass ionomer tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan pelapis kalsium hidroksida. Walaupun semen glass ionomer tidak berbahaya bagi pulpa, beberapa penelitian menunjukkan terjadinya patologi pulpa akibat aplikasi semen glass ionomer.

b. Lesi erosi yang dangkal, karena duktilitas semen glass ionomer yang rendah sehingga tidak dapat bertahan lama.

c. Semen glass ionomer tidak dapat digunakan bilamana control atas kekeringan daerah kerja tidak terjamin, misalnya pada pasien yang hipersalivasi, semen sangat peka terhadap hidrasi dan dehidrasi. Masuk atau keluarnya cairan ked an dari dalam semen yang sedang mengeras akan sangat mempengaruhi kekuatannya.

d. Restorasi kelas IV dimana sering mendapat tekanan yang cukup besar sehingga memerlukan bahan yang kuat.

Senin, 06 April 2009

tumor kelenjar saliva

klinis :
  • dapat besar
  • palpasi dapat keras
  • bila tumor membesar, palpasi lunak terbentuk karena musin
  • pertumbuhan lambat dan tidak sakit
  • lebih sering dari monomorfik adenoma menjadi malignant
  • merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar ludah
klasifikasi tumor kelenjar saliva :
  • sialadenoma
murni terdiri dari sel monomorfik dari 8-10 % dari seluruh kel saliva terutama parotis
  1. monomorfik adenoma
  2. pleomorfik adenoma
  3. sialokarsinoma
  • synsialoma
tumor kelenjar saliva yang tumbuh dari jaringan intrakapsuler, misalnya nevus, pembuluh darah, kel. limfe, serta sekitar jaringan ikat
  1. neurinoma
  2. angioma : naemangioma & lymfangioma
  3. lipoma
  4. lymfoma
  5. sarkoma
  • parasialadenoma
tumor yang terdapat di luar kelenjar saliva, tetapi letak topografi secara klinis mirp dengan adenoma, jenis-jenisnya :
  1. basal sel adenoma
  2. oxyphilic adenoma/ oncositorna
  3. cystadenoma
  4. adeno limfoma = papillary cystodenoma limfomatosum = tumor wartin's

blog lainnya