Rabu, 29 April 2009

desain gigi tirua sebagian dan surveying

Filosofi Desain GTL dan Distribusi Tekanan

a) Penetral tekanan

b) Perlekatan presisi

c) Distribusi tekanan luas

Prinsip-prinsip

  1. Gaya lateral atau gaya torsi dapat merusak gigi dan struktur pendukungnya
  2. GTL bisa berfungsi sebagai

Ø Bidang terinklinasi, jika tidak didukung dengan baik oleh dukungan jaringan yang ditentukan dengan tepat.

Ø Titik tumpu, panjang titik tumpu (lever arm) menentukan jumlah gaya yang ditransfer ke gigi penopang.

  1. Setiap upaya harus dilakukan selama desain GTL untuk meminimalisir titik tumpu dan untuk mencegah rotasi dalam bidang sagittal, vertikal dan horizontal.
  2. Dukungan lebih penting dari retensi dalam desain GTL, khususnya GTL ekstensi.
  3. Garis tumpu adalah melalui gigi penopang yang paling distal, pada kedua sisi lengkung, garis tumpu ganda bisa ditemukan.
  4. Menghilangkan sebanyakan mungkin ruang modifikasi (melalui cekat, dll) tanpa menghasilkan GTL unilateral.

l Retainer tidak langsung – melawan pergerakan GTL jauh dari basis jaringan

Mereka dipasang anterior ke garus tumpuan

Mereka dipasang sejauh mungkin dari anterior garis tumpu

Idealnya dipasang tegak lurus dengan garis tumpuan.

  1. Bidang yang dibuat dengan baik dapat memberikan kontribusi besar bagi stabilitas danretensi GTL.

Kaidah desain

Ø Rest dan platpandu selalu tegak lurus dengan area edentulous

Ø Garis tengah palatal silang berada pada sebelah kanan

Ø Sulcus gingiva silang pada sudut kanan

Ø Membiarkan konektor kecil 5 mm jauhnya

Ø Mengatur garus akhir internal dan eksternal.

Surveying Gigitiruan Sebagian Lepasan

Dokter gigi bertanggungjawab untuk surveying dan perancangan Gigitiruan sebagianlepasan. Tujuan dari surveyor adalah:

a) Menyurvei kast studi

b) Menyurvei kast master

c) Membentuk kontur pola-pola wax untuk mahkota yang disurvei

d) Menempatkan retainer intracoronal

e) Menempatkan rest presisi

Urutan surveying

a) mengidentifikasi permukaan-permukaan gigi proksimal yang bisa dibuat paralel untuk bidang pandu

b) mengidentifikasi dan menentukan apakah gigi dan area bertulang interferensi perlu dimodifikasi atau dihilangkan

c) menempatkan dan mengukur area-area gigi yang bisa digunakan untuk retensi

d) menentukan sebuah posisi “dasar” dengan survei visual, dengan kast di table, sesuaikan table sampai semua undercut dan bidang pandu separalel mungkin.

e) Dengan batang penganalisis, pastikan keparalelan posisi ini dan lakukan penyesuaian jika perlu

f) Mengukur retensi gigi penopang

g) mengukur undercut jaringan

h) tripod-mark tiga tiga titik dalam bidang yang sama.


Rabu, 22 April 2009

PEMELIHARAAN GIGI TIRUAN

Gigi palsu atau gigi lepasan adalah salah satu jenis gigi tiruan. Gigi tiruan itu bisa dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Gigi palsu tersebut dirancang agar bisa menempel erat, tepat, dan rapi di dalam mulut. Ia bisa berfungsi sebagai alat pengunyah, bicara, dan mempercantik diri seperti gigi asli. Namun, gigi palsu itu juga harus mudah dilepas dan dipasang kembali tanpa bantuan dokter gigi.
Karena itu, syarat utama gigi tiruan adalah sebagian lepasan harus dirancang dengan tepat sesuai fungsinya. Tentu, harus memperhatikan kesehatan rongga mulut serta kesehatan tubuh pada umumnya. Gigi tiruan yang dirancang sembarangan akan mngganggu fungsi mengunyah, bicara, kecantikan, bahkan rawan membahayakan pemakainya. Di antaranya, tertelan dan alergi.
Gigi palsu yang dirancang dengan pertimbangan para ahli gigi palsu (prosthodontist) yang cermat tak akan mengakibatkan alergi, kerusakan jaringan gusi, serta tidak gampang lepas. Meski, si pemakai sedang bersin, tertawa lebar, atau sedang tersedak sekalipun.
Jika rancangan gigi palsu dan konstruksinya sudah benar, ada beberapa faktor pemicu gigi tiruan lepasan tertelan. Di antaranya, gigi palsu retak, pecah sebagian, atau berubah bentuk karena pemeliharaan kurang baik.
Pemeliharaan gigi tiruan yang kurang tepat juga memberi efek perubahan bentuk fisik dan kekenyalan gigi tiruan. Kestabilan gigi palsu berkurang dan membuat luka pada jaringan atau gusi yang menyangganya. Sebaiknya gigi tiruan dilepas pada saat tidur dan direndam air bersih dalam tempat khusus (gelas). Atau, direndam obat pembersih gigi tiruan yang banyak dijual di toko peralatan gigi.
Sebelum direndam, sebaiknya gigi tiruan dicuci dengan sabun mandi (bukan pasta gigi). Sebab, pasta gigi biasanya mengandung kristal batu apung yang menggores gigi tiruan. (*)

GIGI TIRUAN DI ATAS PIRANTI BAR CEKAT

ABSTRAK

Fungsi gigi tiruan sebagian adalah memelihara struktur jaringan yang tersisa. Prothesa pengganti tersebut tidak boleh menyebabkan hilangnya gigi penyangga atau ganggauan terhadap kesehatan temporomandibular joint.(1) Dalam proses desain gigitiruan sebagian lepasan, berlaku suatu prinsip umum dan penting yaitu dokter harus mengetahui selengkap-lengkapnya keadaan fisik pasien dan memmahami betul bentuk, indikasi, dan kebutuhan akan jenis perawatan (2)
Penggantian beberapa gigi yang hilang pada region rahang edentulous dapat dilakukan dengan menggunakan teknik simple tissue bone, yaitu dengan menggunakan alat partial denture over fixed bar. Kenyamanan dan estetika alat ini hampir sama dengan gigitiruan jembatan akan tetapi di desain lebih khusus dengan mengurangi beban oklusal yang di terima gigi penyangga selama mastikasi. (3)

PENDAHULUAN
Bila sebuah gigi asli tercabut, seluruh daerah periodontium juga akan rusak sehingga hanya mukosa yang jumlahnya lebih kecil dari daerah periodontal yang hilang tetap ada untuk mendukung beban yang mengenai gigitiruan penggantinya, sehingga kehilangan gigi merupakan indikasi pembuatan gigi tiruan baik itu gigitiruan jembatan, gigitiruan kerangka logam atau gigitiruan dengan plat akrilik. (4)

FAKTOR PENTING DALAM PEMBUATAN GIGITIRUAN KERANGKA LOGAM DAN JEMBATAN (5)
1. Keutuhan gigi penyangga
2. Panjang diastem
Berpengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh gigi penyangga dan jaringa periodontium dalam pembuatan gigi tiruan.
3. Jumlah diastem
Berpengaruh terhadap penyebaran tekanan kunyah
4. Resorbsi prosesus alveolaris
Selain penggantian gigi juga perlu diadakan penambahan prosesus alveolaris yang hanya bisa dilakukan dengan suatu gigi tiruan kerangka logam atau gigitiruan jembatan yang bisa di lepas.
5. Kondisi gigi yang tersisa terutama jika gigi ini berfungsi sebagai penyangga.

TEKNIK PEMBUATAN
Teknik ini membutuhkan hal-hal sebagai berikut (3,6)
1). Pembuatan mahkota penuh pada gigi penyangga atau mahkota keramik di gabung dengan mahkota metal denan menggunakan mahkota konvensional dan teknik gigitiruan jembatan.
2). Kedua gigi penyangga di hubungkan dengan bar berbentuk huruf `T` terbalik dan terbuat dari logam mulia yang kemudian di solder pada mahkota tiruan pada gigi penyangga.
3). Bar dilapisi cobalt-chrome dan kerangka sadelnya terbuat dari logam mulia. Kerangka sadel berbentuk huruf `T` terbalik, ini untuk mencegah pergerakan sadel kearah lateral, tapi memudahkan sadel bergerak kearah vertikal ketika di insersikan atau di lepaskan. Kerangka sadel di beri cengkeram tuang untuk membantu retensi pada vertical plane .
4). Perlekatan antara gigi dan basis gigitiruan kerangka sadel. Umumnya di gunakan kerangka cobalt-chrome, Namun apabila terdapat kekurangan ruang dlam arah vertikal akibat erupsi yang berlebihan dari gigi atau dibutuhkan estetik yang lebih baik, dapat di gunakan kerangka logam yang di gabung dengan gigi porselen dan basis gigi tiruan.

Penentuan penggunaan gigi penyangga pada suatu gigitiruan sebagian tidak terlepas dari faktor-faktor berikut.(5)
1). Bentuk dan posisi gigi.
2). Kondisi jaringan Periodontium
Gigi yang berbentuk kerucut atau yang mengalami rotasi kurang sesuai untuk di pakai sebagai penyangga. Pembebanan tambahan pada gigi sehubungan dengan penjangkaran dapat mengakibatkan kemunduran jaringan periodontal yang lebih cepat dan mengakibatkan kehilangan gigi tersebut.
Desain dari piranti merupakan bagian penting dari rencana pembuatan gigitiruan sebab struktur piranti gigitiruan tersebut meneruskan tekanan mastikasi dari permukaan oklusal gigi artifisial pada gigi asli dan lingir alveolar.(8)
Gigi pada bagian mesial dan distal di preparasi untuk pembuatan mahkota seperti pada pembuatan gigitiruan jembatan. Cetakan akurat segera di kirim ke laboratorium. Model pada logam di sesuaikan pada model yang di preparasi Flat bar vertical menutupi daerah edentulous yang dilapisi malam dan di satukan dengan logam. Bar di haluskan dan di solder pada coping logam. Saat penempatan dalam mulut gigi ini di anggap sebagai bagian dari gigi asli sehingga oklusinya harus di sesuaikan dengan gigi yang lain.

RINGKASAN
Gigitiruan sebagian di atas bar cekat dapat di jadikan piranti yang ideal untuk menggantikan kehilangan gigi pada edentulous ridge yang panjang, dengan menghubungkan gigi penyangga pada bagian mesial dan distal. Gigi penyangga dan jaringan lunak tidak menunjukkan tanda-tanda adanya tekanan dari alat. Alat ini terdiri dua bagian, pertama di fiksasi sementara bagian lain berupa piranti lepasan yang berfungsi mengurangi tekanan pada piranti tersebut. Bagian tiruan ini dapat di pasang dengan dua arah pemasangan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
1. Holmes JB. Influence of impression procedures and occlusal loading on partial denture movement. J Prosthet dent 2001: 335-40
2. Suryatenggara F. Desain gigitiruan sebagian lepasan dalam : Gunadi HA, editor. Ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid II Jakarta: Hipoktrates : 1995 :308
3. Poschelle KK. The partial denture over a fixed guide bar appliance : atechnique for restoring partially edentulous quadrant . Aust dent J 1990 : 35 409-12
4. WattDM, Macgregor AR.enentuan desain geligi tiruan sebagian lepasan. Alih bahasa : yuwono l.sherly, editor Jakarta hipokrates: 1992 hal 27-33
5. Yamamoto M. Metal ceramic :principles and methods of makoto yamamoto Chicago : Quintessence publishing co. inc 1985 19.
6. Keaugh BE, Kay HB, Roseberg MM, Holt RL. Periodontal prosthetics : prosthetic management of the patient with advanced periodontal disease. In: Hardin JF, Editor. Clark’s Clinical Dentisty vol.4. Philadelpia:JB. Lippincont company: 1987. P.65
7. Bouncer LJB, Renner RP. Gigitiruan kerangka logam. Dalam : Battituzzi PGFCM, kayser AF, Keltjens HMAM, Plasmans PJJM. Gigitiruan sebagian : titik tolak pada diagnose dan perawatan dari gigi-gigi yang rusak. Alih bahasa : kosasih AI, Kosasi AR. Jakarta : Widya medika : 1996. Hal.100-35
8. Frenchette AR. The Influence of partial denture design on distribusi of force to abutment teeth. J.Prosthet Dent 2001 : 85:527-38

Rabu, 15 April 2009

Kegagalan Penentuan Relasi vertikal

bila relasi vertikal terlalu tinggi, harus dikurangi ketinggian tanggul gigitan rahang bawah supaya tidak mengagnggu estetik pasien, kecuali bila pengurangannya banyak sehingga gigitan bawah habis kita boleh mengurangi bagian yang atas, dalam hal ini terpaksa mengorbankan esteik pasien. pengurangan tanggul gigitan rahang atas harus hati-hati, jangan sampai kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.

sebagai pedoman waktu pengurangan ketinggian tanggul gigitan ialah dengan menarik garis yang sejajajr bidang orientasi pada tanggul gigitan tersebut.
relasi vertikal yang terlalu tinggi akan mengakibatkan :
  • gtl kurang stabil karena permukaan oklusal GT letaknya terlalu jauh dari puncak lingir
  • tidak enak dipakai dan otot pengunyahan terasa lelah
  • profil pasien menjadi jelek karena otot ekspresi tegang dan bila terlalu tinggi, bibir tak dapat menutup
  • terjadi clicking dari gigi (horse sound)
  • dapat terjadi : luka pada jaringan pendukung, resorspsi tulang dan gangguan pada sendi rahang.
bila relasi vertikal terlalu rendah, kita tambah tanggul gigitan bawah dengan menggunakan lembaran malam/lilin supaya ketebalannya merata dan tidak mengganggu kesejajaan bidang orientasi. jangan sekali-kali menambah tanggul gigitan atas karena akan menambah jarak "low lip line/garis insisal yang telah kita tentukan.

relasi vertikal yang terlalu rendah akan mengakibatkan
  • kekuatan gigitan akan berkuang, sehingga efisiensi pengunyahan berkurang
  • ekspresi wajah terlihat lebih tua:
  1. bibir kehilangan kepadatan dan terlihat tipis
  2. sudut mulut menjadi turun dan melipat
  3. gigi-gigi kurang terlihat, selah-olah tidak bergigi
  4. pipi dan bibir sering tergigit karena tonus otot kurang
  5. fonetik terganggu terutama pada pengucapan huruf 's' yang diucapkan mendesis
  6. karena rongga mulut menjadi sempit, lidah akan terdesak ke arah laring atau faring dan dalam keadaan kronis akan mengganggu tuba Eustachii, sehingga telinga terganggu
  7. costen syndrom dengan gejala-gejala:
  • tuli yang ringan, sering pusing, tinnitus, sakit pada pergerakan sendi dan nyeri bila ditekan.
  • terjadi gejala neurologik:lidah rasa terbakar, rasa sakit pada lidah dan tenggorokan, rasa sakit kepala pada regio temporalis, gangguan pada kelenjar lidah sehingga sekresi air ludah berkurang dan mulut terasa kering

Selasa, 07 April 2009

Indikasi dan kontraindikasi GI

Indikasi

a. Lesi erosi servikal

Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin, menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.

b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)

Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.

c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer digunakan sebagaibahan sub bonding

d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.

e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets.

f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.

g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan mahota yang parah.

h. Restorasi gigi susu.

Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.

i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat

Kontra indikasi

a. Semen glass ionomer tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan pelapis kalsium hidroksida. Walaupun semen glass ionomer tidak berbahaya bagi pulpa, beberapa penelitian menunjukkan terjadinya patologi pulpa akibat aplikasi semen glass ionomer.

b. Lesi erosi yang dangkal, karena duktilitas semen glass ionomer yang rendah sehingga tidak dapat bertahan lama.

c. Semen glass ionomer tidak dapat digunakan bilamana control atas kekeringan daerah kerja tidak terjamin, misalnya pada pasien yang hipersalivasi, semen sangat peka terhadap hidrasi dan dehidrasi. Masuk atau keluarnya cairan ked an dari dalam semen yang sedang mengeras akan sangat mempengaruhi kekuatannya.

d. Restorasi kelas IV dimana sering mendapat tekanan yang cukup besar sehingga memerlukan bahan yang kuat.

Senin, 06 April 2009

tumor kelenjar saliva

klinis :
  • dapat besar
  • palpasi dapat keras
  • bila tumor membesar, palpasi lunak terbentuk karena musin
  • pertumbuhan lambat dan tidak sakit
  • lebih sering dari monomorfik adenoma menjadi malignant
  • merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar ludah
klasifikasi tumor kelenjar saliva :
  • sialadenoma
murni terdiri dari sel monomorfik dari 8-10 % dari seluruh kel saliva terutama parotis
  1. monomorfik adenoma
  2. pleomorfik adenoma
  3. sialokarsinoma
  • synsialoma
tumor kelenjar saliva yang tumbuh dari jaringan intrakapsuler, misalnya nevus, pembuluh darah, kel. limfe, serta sekitar jaringan ikat
  1. neurinoma
  2. angioma : naemangioma & lymfangioma
  3. lipoma
  4. lymfoma
  5. sarkoma
  • parasialadenoma
tumor yang terdapat di luar kelenjar saliva, tetapi letak topografi secara klinis mirp dengan adenoma, jenis-jenisnya :
  1. basal sel adenoma
  2. oxyphilic adenoma/ oncositorna
  3. cystadenoma
  4. adeno limfoma = papillary cystodenoma limfomatosum = tumor wartin's

epulis

epulis adalah suatu tumor jinak pertumbuhan di atas gingiva yang berasal dari jaringan periodental dan jaringan periosteum.
bersifat fibrous, hiperplastik atay granulatif
pertumbuhan : sessile / tidak bertangkai, pedunculated/ bertangkai besar dan bervariasi

etiologi
  • iritasi kronis menjadi epulis fissuratum = denture hipeplasia sehingga rangsangan tepi protesa kurang baik dan berlangsung lama
  • gangguan keseimbangan hormonal
macam-macam epulis
1. epulis congenital
  • terdapat pada bayi yang baru lahir
  • belum diketahui dengan jelas diduga berasal dari sel epitel
  • pengobatan : eksisi
  • dapat ditemukan pad mukosa mulut, terjadi gangguan pernapasan dan intake makanan jika epulis ini membesar
2. epulis fibromatosa
  • etiologi : iritasi kronis
  • klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal
  • pengobatan : eksisi
  • terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
3. epulis granumatosa
  • etiologi : iritasi kronis yaitu granuloma yang tidak terangkat pada saat ekstraksi, misalnya pada tepi ginggiva interdental dan bekas pencabutan gigi....bisa berupa kalkulus,karies, tambalan ataui gigi palsu yang tajam
  • pengobatan : eksisi

4. epulis fissuratum = denture granulamatous (banyak terjadi)
  • etiologi : iritasi kronis dari basis yang tajam pada tepi protesa
  • pengobatan : perbaiki gigitiruan
5. epulis gravidarum = prenagsi tumor
  • etiologi : gangguan hormonal, iritasi kronis
  • pengobatan : eksisi atau kuretase
6. epulis angiomatosa
  • etiologi : belum diketahui (dicurigai adanya trauma minor pada pembuluh darah)
  • merupakan respon dari granulasi yang berlebihan
  • klinis : pertumbuhan cepat, konsistensi lunak, mudah berdarah
  • pengobatan : eksisi

Sabtu, 04 April 2009

fonetik dan esttik pada ggi tiruan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan yang di gunakan untuk menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang sudah hilang serta mengembalikan perubahan-perubahan struktur jaringan yang terjadi akibat hilangnya gigi asli. Suatu gigi tiruan penuh berfungsi menggantikan dukungan pada bibir dan pipi yang hilang, tetapi pada kenyataannya banyak kegagalan yang di jumpai baik sebagai akibat dari gigi tiruan yang tidak sesuai dengan kondisi anatomis rongga mulut pasien maupun karena kesalahan tekhnis operator, sehingga gigi tiruan tidak dapat mengembalikan fungsi yang sangat di harapkan oleh pemakai gigi tiruan.

Pada umumnya pasien yang kehilangan gigi memerlukan gigi tiruan, sehingga dokter gigi di tuntut untuk dapat merawat dengan benar dan memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan factor yang mempengaruhi fungsi gigi tiruan tersebut.

Salah satu fungsi gigi tiruan adalah memperbaiki fungsi pengucapan. Sebagian besar system artikulasi pengucapan terletak dalam rongga mulut dan di pengaruhi oleh kontak lidah dengan gigi dan palatum. Gangguan pengucapan setelah pemasangan gigi tiruan biasanya hanya bersifat sementara, karena lidah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mulut yang baru, tetapi bila kontak antara struktur dalam mulut dengan permukaan gigi tiruan memerlukan adaptasi lidah yang melebihi adaptasi pasien, maka akan terjadi gangguan bicara yang menetap.

Rehabilitasi pengucapan mempunyai peranan penting agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Rehabilitasi pengucapan akan berjalan lebih baik apabila fonetik di terapkan pada mahasiswa kedokteran khususnya kedokteran gigi, sehingga jika sudah merampungkan studinya, mereka akan mempunyai dasar yang di perlukan untuk mengevaluasi pengucapan secara tepat.

Pedoman estetika bagi relasi maksilo-mandibular yang benar dalam arah vertical yaitu dengan memilih gigi-gigi dengan ukuran yang sama dengan gigi-gigi aslinya serta memperkirakan secara tepat jumlah jaringan alveolar yang telah hilang. Jumlah jaringan yang hilang dapat di tentukan dari riwayat dental serta lamanya gigi geligi tersebut telah hilang.

I.2. Tujuan

1. Mengetahui pengaplikasian fonetik pada GT

2. Mengatahui pengaplikasian estetik pada GT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hampir tiap kehilangan atau perubahan fisik, sebagian maupun seluruh tubuh dapat menimbulkan trauma psikologis pada orang yang mengalaminya. Hal ini dapat terjadi, baik pada kehilangan ataua perubahan yang disebabkan kecelakaan, penyakit, maupun lanjut usia. Akibatnya, tidak jarang pasien jadi bertindak dan bersikap aneh, atau menjadi rendah diri, mudah tersinggung dan marah. Hal serupa dapat pula terjadi pada pasien-pasien yang sudah kehilangan gigi terutama gigi depannya.

Kehilangan sepetti ini bukan saja menyebabkan trauma psikologis, tetapi juga menjadi terganggunya fungsi mastikasi dan fonetik. Untuk mencegah hal ini, seorang dokter gigi hendaknya siap dengan tindakan antisipasi yang harus dilakukannya. Pada kasus kehilangan gigi depan, salah satu tindakan yang sering dilakukan adalah pembuatan gigitiruan sebagian imidiat.1

II. 1 Fonetik Sebagai Pedoman Gigi-Gigi Anterior

Fonetik, produksi bunyi waktu berbicara, dapat digunakan sebagai pedoman untuk menempatkan gigi-gigi. Meskipun demikian, untuk melakukan hal ini perlu difahami bagaimana terbentuknya berbagai bunyi ketika bicara. Posisi gigi anterior sangat penting untuk pembentukan beberapa bunyi, tapi tidak diperlukan sama sekali untuk pembentukan bunyi yang lain.2 (Boucher, 2001)

Karena gigi-gigi disusun untuk estetika, bukan hanya bunyi saat bicara saja yang penting, tetapi hubungan antara lidah, gigi, basis gigi tiruan dan bibir juga perlu. Bunyi yang diucapkan oleh pasien ketika mencoba gigi tiruan malam tidak pernah setepat bunyi yang diucapkan setelah basis gigi tiruan diganti skrilik keras dan setelah pasien terbiasa dengan gigi tiruannya.2 (Boucher, 2001)

Semua bunyi yang diucapkan dibentuk dengan mengendalikan udara yang dihembuskan. Sumber udara adalah paru-paru, dan besar serta alirannya berbeda. Pengendaliannya adalah berbagai artikulasi atau “katup-katup” yang dibentuk dirongga faring, hidung dan mulut. Struktur yang terlibat dalam setiap katup menentukan dasar klasifikasi bunyi yang diucapkan. Katup-katup untuk mengubah aliran udara dalam pembentukan bunyi terdiri atas (1) labial, (2) labiodental, (3) dental dan hubungan alveolar (anterior), (4) palatal dan (5) velar (palatum molle) atau posterior. Keempat kelompok pertama dari bunyi ini dipengaruhi oleh posisi gigi-gigi.2 (Boucher, 2001)

Bunyi suara adalah bunyi yang timbul didalam pita suara (seperti bunyi vocal a, d, g, j, v, m, n, l, dan r). bunyi suara ini dapat merupakan bagian dari bunyi yang dihasilkan oleh aksi dari katup-katup meskipun bias juga tidak. Ini memungkinkan dihasilkannya paling sedikit dua bunyi ucapan dari tiap katup. Beberapa bunyipun dapat dibuat tanpa mengunakan katup udara. Bunyi ini dibentuk dengan adanya perubahan resonansi rongga mulut dan hidung. Perubahan resonansi dapat mengubah bunyi yang dihasilkan oleh beberapa katup udara.2 (Boucher, 2001)

A. Suara Labial

Suara labial b, p, dan m dihasilkan oleh bibir. Pada suara b dan p tekanan udara dibentuk dibelakang bibir dan dilepas dengan atau tanpa bunyi suara. Bibir yang kurang mendapat dukungan dari gigi-gigi dan basis gigi tiruan dapat menyebabkan perubahan bunyi ini. Karena itu, posisi gigi anterior dalam arah anteroposterior serta tebal sayap labial gigi tiruan dapat mempengaruhi bunyi b dan p.

B. Bunyi Labiodental

Bunyi labiodental f dan v (w dalam bahasa Indonesia) dibentuk antara insisif atas dan tengah-tengah labiolingual sampai sepertiga posterior dari bibir bawah. Ika gigi anterior atas terlalu pendek (dipasang terlalu tinggi), bunyi v akan terdengar lebih seperti f. jika terlalu panjang (disusun terlalu kebawah), bunyi f terdengar lebih seperti bunyi v.

Meskipun demikian, informasi yang paling penting yang harus dicari ketika pasien membuat suara-suara ini adalah hubungan antara tepi incisal dengan bibir bawah. dokter gigi harus berdiri di samping pasien dan melihat ke arah bibir bawah serta gigi-gigi menyentuh bagian labial gigi bawah saat bunyi ini diucapkan, gigi-gigi atas menyentuh bagian labial bibir bawah saat bunyi ini diucapkan, gigi-gigi atas terlalu ke depan atau gigi anterior bawah terlalu ke belakang di dalam mulut. Dalam hal ini, hubungan antara bagian dalam bibir bawah dengan permukaan labial gigi-gigi harus diperhatikan ketika pasien bicara. Apabila bibir bawah menjauhi permukaan gigi saat bicara, gigi-gigi anterior bawah cenderung terletak terlalu jauh ke belakang di dalam mulut. Sebaliknya, jika terdapat jejas permukaan labial dari gigi anterior bawah pada mukosa bibir bawah, atau jika bibir bawah cenderung mengungkit gigitiruan bawah, mungkin gigi anterior bawah terletak terlalu ke depan dan ini berarti gigi atas juga terlalu ke depan.

C. Bunyi Dental dan Alveolar

Bunyi dental seperti (th dalam this) terjadi dengan menempatkan ujung lidah sedikit diantara gigi-gigi anterior atas dan bawah. Suara ini sebenarnya terbentuk lebih dekat kehubungan alveolar dari pada ketepi insisal gigi. Pengamatan cermat terhadap bagian bagian lidah yang terdapat pada pengucapan kata-kata this, that, these, dan those akan member informasi tentang posisi gigi-gigi anterior dalam arah labiolingual. Jika kira-kira 3 mm dari ujung lidah tidak terlihat, berarti gigi anterior mungkin terletak terlalu jauh kedepan (kecuali pada pasien-pasien dengan maloklusi klas II) atau mungkin tumpang gigitnya terlalu besar sehingga tidak tersedia ruangan yang cukup untuk menjulurkan lidah diantara gigi-gigi anterior. Apabila lebih dari 6 mm dari lidah yang terlihat keluar diantara gigi saat mengucapkan suara th, mungkin gigi-gigi terlalu jauh kelingual.

D. Bunyi Palatal dan Velar

Bunyi palatal murni (seperti pada year, she vision, onion dan nyanyi) memberikan masalah yang lebih kecil pada gigi tiruan. Bunyi velar (k, g, dan ng) tidak mempengaruhi gigi tiruan.

E. Adaptasi Pasien Dalam Fonetik

Jelas bahwa basis gigi tiruan dan posisi gigi-gigi berpengaruh pada timbulnya suara, tetapi untungnya manusia dapat belajar menyesuaikan keniasaan bicaranya untuk memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh penempatan gigi yang salah pada gigi tiruan. Karena itu bunyi yang diucapkan bukan pedoman yang aman untuk menentukan posisi gigi. Pedoman yang aman ialah memperhatikan hubungan bibir dan lidah terhadap gigi-gigi serta basis gigi tiruan ketika mengucapkan bunyi-bunyi tertentu.

II. 2 Estetik

Segi estetik pada percobaan geligi tiruan dalam multu dilakukan setelah pemeriksaan kecekatan dan oklusi. Bagi banyak orang, penampilan seringkali dianggap lebih penting daripada fungsi dan kenyamanan.1

Dalam mempertimbangkan masalah estetik, perlu diketahui latar belakang dan tujuan pembuatan protesa dari pasien yuang bersangkutan. Apakah tujuan utama untuk memenuhi factor fungsional atau lebih bayak aspek estetinknya? Keputusan mengenai estetik ini sebaiknya didasarkan atas pertimbangan yang diambil sebelumnya, dengan modifikasi dari pihak pasien pada saat percobaan. Bila akhirnya dilakukan modifikasi, pekerjaan ini biasanya dikirim ke laboratorium.1

Gambar 1. Full denture pada pasien dengan memperhatikan faktor estetik. Sumber: Barclay.et al. fixed and removable prosthondontics. 1998. Edinburg :Churchill)

Pada tindakan modifikasi seperti ini, ada yang berpendapat, bahwa sebaiknya hal seperti ini jangan disampaikan kepada pasien, apalagi diberi kesempatan memeriksa protesanya. Hal ini untuk menghindarkan efek psikologis yang kurang menguntungkan bagi pasien. Di pihak lain, hendaknya didasari betapa keperdulian seseorang pasien terhadap penampilannya merupakan aspek yang sangat penting. Itulaha sebabnya, pasien perlu diberi tahu, bahwa pada tahap ini kita masih melakuka perubahan-perubahan mengenai posisi, bentuk, ukuran maupun warna giginya. Tetapi, semua hal tadi tidak mungkin lagi dilakukan, bila geligi tiruan sudah menjadi protesa resin akrilik. Dalam tahap pemeriksaan estetik ini, kadang-kadang kehadiran dan pendapat orang ketiga, sperti suami, istri atau teman dapat membantu. Pasien biasanya melihat geligi tiruannya melalui cermin, karena itu alangkah baiknya, bila dokter gigi juga melakukan hal yang sama agar mendapat gambaran yang serupa dengan pasiennya. Sebelum protesa dikirim kembali ke laboratorium untuk proses selanjutnya, alangkah baiknya bila sudah diperoleh suatu pernyataan puas dari pihak pasien tentang aspek estetik ini.1


BAB III

PEMBAHASAN

♥Aplikasi fonetik pada pembuatan gigitiruan sebagian (GTS), yaitu dalam mencapai fonetik yang sempurna yang dihasilkan oleh pasien adalah dengan melakukan penyusunan oklusi yang memadai, peranan geligi asli biasanya harus disesuaikan dengan pola oklusi yang telah ada. Pada semua kasus GTSL lainnya, geligi yang masih tinggal harusmenjadi penentu oklusi.1

Atau secara sepintas dapat dikemukakan bahwa oklusi pada sebuah protes sebagian lepasan hendaknya mengikuti dan seringkali dibatasi oleh hubungan oklusi yang sudah ada dan bimbingan asli.1

Untuk mencapai kontak oklusi yang diharapkan bagi GTSL dan meningkatkan stabilitas geligi tiruan lepasan, dianjurkan penyusunan oklusi yang memenuhi criteria berikut ini :1

a. Pada oklusi sentrik harus terjadi kontak bilateral serentak pada semua geligi posterior berantagonis.

b. Pada protesa ukungan gigi, oklusi boleh disusun seperti oklusi harmonis pada geligi asli. Dalam hal ini, stabilitas protesa dicapai melalui penahan langsung pada kedua sisi rahang.

c. Pada GTSL berantagonis GTL rahang atas, diupayakan tercapainya oklusi seimbang pada posisi eksentrik. Hal ini diterapkan terutama untuk meningkatkan stabilitas GTLnya. Namun, kontak serentak pada hubungan protrusive tidak diprioritaskan untuk memenuhi faktro estetik, fonetik dan bentuk bidang oklusal yang memadai.

d. Pada GTSL perluasan distal RB, harus dicapai kontak oklusi pada sisis kerja. Kontak ini hendaknya terjadi serentak dengan kontak pada sisi kerja gigi asli supaya tekanan tersebar merata ke seluruh permukaan.

e. Pada GTSL bilateral dengan perluasan distal pada rahang atas sedapat mungkin diupayakan terjadi kontak serentak pada sisi kerja maupun sisi pengimbang.

f. Pada protesa atas atau bawah unilateral dengan perluasan distal tak hanya perlu dicapai pada satu sisi kerja saja. Kontak pada sisi pengimbang tak berperan dalam meningkatkan stabilitas protesa, sebab gigi tiruan semacam ini sepenuhnya didukung oleh bagian kerangka pada sisi pengimbang tadi.

g. Pada kasus GTSL kelas IV Kennedy, adanya kontak geligi pada oklusi sentrik diupayakan supaya dapat mencegah erupsi berlbih dari geligi asli antagonisnya.

h. Kontak dari geligi asli antagonis posterior dalam gerakan protrusive ke depanridak diharapkan pada kasus GTSL mana pun, kecuali bagian anterirnya berupa suatu GTL.

i. Elemen posterior tidak dibenarkan disusun terlalu jauh ke distal lebih dari awal meningginya lingir rahang bawah di atas daerah retromolar pad.

Aplikasi fonetik pada pembuatan gigitiruan penuh (GTP), yaitu : faktor-faktor penentu keberhasilan perawatan gigitiruan lepasan diantaranya adalah estetik, fonetik dan fungsi mastikasi. Setelah pemasangan gigitiruan lepasan, tidak tertutup kemungkinan adanya kegagalan salah satu dari ketiga faktor di atas. Pada faktor fonetik, kriteria dikatakan gagal seperti adanya rintangan dalam berbicara yang dirasakan bersifat permanen ketika memakai gigitiruan lepasan. Faktor-faktor penyebab gagalnya adaptasi fonetik pada pasien pemakai gigitiruan lepasan dapat bersumber dari gigitiruan itu sendiri ataupun berasal dari keadaan anatomi organ pengucapan pasien. Untuk itu perlu dilakukan penanggulangan yang tepat dan akurat. Kegagalan adaptasi fonetik pada pasien pemakai gigitiruan lepasan dapat bersumber dari gigitiruan maupun keadaan anatomi organ pengucapan pasien yang mengalami kelainan. Faktor yang bersurnber dari gigitiruan dapat berupa ketebalan basis gigitiruan akrilik yang tidak tepat, rugae palatina dan basis gigitiruan yang tidak dibentuk secara anatomis, ketidaktepatan dalam penentuan vertikal dimensi oklusi, dan ketidaktepatan penyusunan analisir gigitiruan. Apabila kesalahan bersumber dari gigitiruan, maka koreksi dilakukan dengan perbaikan pada gigitiruan tersebut. Bila koreksi terhadap gigitiruan telah dilakukan secara optimal tetapi pasien masih kesulitan dalam mengadaptasikan fonetiknya, maka perlu dicurigai keadaan anatomi organ pengucapan contohnya pada pasien penderita disfungsi palatofaringeal yaitu gangguan bentuk maupun fungsi katup palatofaringeal. Disfungsi palatofaringeal ini dapat menyebabkan gangguan fonetik sehingga penderita kesulitan berbicara secara normal. Disfungsi palatofaringeal ini ada 2 jenis ; insufisiensi palatofaringeal dan inkompetensi palatofaringeal. Disfungsi palatofaringeal jenis inkompetensi palatofaringeal merupakan gangguan fonetik yang sulit dideteksi oleh dokter gigi karena pada keadaan ini, anatomi organ pengucapan pasien lengkap tetapi fungsi dari organ tersebut yang tidak normal.3

Aplikasi estetik pada GTS, GTP, dan GT immediate, yaitu

  1. GTS

Selain dengan aspek oklusi, pemeriksaan dilanjutkan dengan melihat factor estetik. Factor ini dengan sendirinya lebih banyak menyangkut gigi anterior. Elemen yang dipakai pada umumnya gigi siap pakai; karena itu dibutuhkan modifikasi, misalnya pada bagian insisalnya. Dengan cara ini kontur gigi depan menjadi lebih serasi dan alami. Sebetulnya keputusan yang menyangkut masalah estetik sudah harus ditetapkan pada kunjungan sebelumnya, dimana pendapat pasien juga harus dipertimbangkan.2

  1. GTP

- Pemilihan gigi-gigi

Pemilihan gigi-gigi depan biasanya dilakukan bersamaan dengan tahap pencatatan hubungan antar rahang. Gigi geligi asli merupakan pedoman yang terbaik, dan catatan tentang keadaan ini sedapat mungkin harus diperoleh (McArthur, 1985). Catatan ini seyogyanya meliputi ukuran, bentuk, warna, susunan dan beberapa cirri khusus.1

- Bentuk gigi-gigi1

Belum banyak bukti bahwa bentuk gigi insisif pertama yang terbaik adalah sesuai dengan bentuk wajah (Brodbelt dkk, 1984), tetapi metode ini sering digunakan dan hasilnya cukup baik. Di kaitkan dengan besarnya mulut dan hubungannya satu sama lain, maka bentuk gigi kurang penting jika dibandingkan dengan ukurannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang-orang yang mempunyai wajah berbentuk persegi dan rahang lebar, memerlukan gigi yang bentuknya juga persegi dan tampak kuat.

- Ukuran gigi1

Gigi insisif atas yang digunakan pada gigi tiruan lengkap, sering terlalu kecil dan dalam, hal ini baik pasien maupun dokter gigi ikut bersalah. Pendapat bahwa gigi-gigi yang putih dan kecil lebih bagus dari pada gigi-gigi yang besar dan gelap sering dikemukakan oleh sebagian besar pasien, bahkan industri pembuat pasta gigi juga merangsang pasien kita untuk mempercayai bahwa gigi yang bagus haruslah berwarna putih.

- Warna gigi1

Warna gigi harus serasi dengan warna wajah yang paling dominan. Komponen utama dari warna wajah ialah warna rambut, mata, dan kulit.

c. GT Immidiat2

GT immidiat untuk gigi depan dianggap sebagai GT yang paling sederhana dan secara estetik paling baik, dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:

- GT immidiat tanpa sayap (dengan soket).

- GT immidiat dengan sayap sebagian atau penuh.

Ada 3 pendapat mengenai konstruksi sayap labial GT immidiat, yaitu:

- Sayap menyebabkan estetik menjadi kurang baik disamping mengiritasi jaringan. Jadi protesa semacam ini sabaiknya dibuatkan tanpa sayap.

- Sayap dibutuhkan agar protesa lebih stabil dan kesembuhan jaringan dapat dipercepat. Efek estetik yang diharapkan dapat dicapai lebih baik, dengan jalan membuat sayap setipis mungkin. Dengan cara ini tidak terlihat kesan mulut yang penuh.

- Pemakaian sayap dianggap perlu, namun sayap ini dibuat lebih pendek atau sebagian saja dan meluas pada linger sisa rahang atas selama permukaan labial. Bila kemudian terjadi resorbsi, dapat dilakukan pelapisan kembali dengan mudah. Pada pemakaian sayap sebagian ini factor estetik dicapai dengan baik dan iritasi yang terjadi minimal, karena kontak jaringan dengan sayap hanya sedikit, dan proses penyembuhan terjadi dengan cepat.

Menyusun gigi dan mengatur basis gigi tiruan agar memperoleh estetik dan fonetik yang tepat, yaitu dokter gigi harus menentukan perubahan-perubahan apa yang perlu dilakukan pada kontur permukaan labilnya pada saat gigi-gigi disusun. Misalnya, bila bibir memerlukan dukungan yang lebih saat galengan gigit disusun di depan permukaan labial galengan gigit. Bila bibir terlalu pada saat ini, permukaan labial galengan gigit harus dikurangi sebelum gigi-gigi disusun.1

-gigi anterior1

Bila galengan gigit telah dibentuk dengan akurat, sebagian kecil malam harus dipotong di tempat yang akan diduduki oleh gigi insisif satu. Gigi dipasang dalam malam cair dan diatur sampai mencapai posisi yang diperlukan. Cara ini diulagi untuk gigi insisif sebelahnya. Kemudian gigi-gigi anterior atas lainnyadisusun pada malam, dengan berganti-ganti menempatkan gigi-gigi dikedua sisi lengkung gigi-geligi. Gigi disusun dengan hati-hati mengikuti bentuk lengkung yang ditunjukkanoleh model prapencabutan atau sesuai dengan foto pasien.

-gigi posterior1

Gigi posterior disusun dalam oklusi sentrik yang ketat. Gigi-gigi bawah disusun pada galengan gigit malam di atas hubungan alveolar dalam hubungan bukolingual yang baik, dengan gigi-gigi atas juga dalam susunan oklusi sentrik yang ketat tanpa memeperhatikan kedudukan bukolingualnya. Tujuannya adalah agar gigi-gigi posterior dapat mencapai hubungan anatar tonjol yang sangat tepat sehingga penyimpangan dalam mulut dapat mudah dideteksi. Gigi-gigi dengan kemiringan tonjol 30 dapat lebih efektif untuk memeriksa kecermatan hubungan rahang dibandingkan gigi dengan kemiringan tonjol 20 atau 0. Tonjol-tonjol dengan kemiringan 30 memperbesar kemungkinan kesalahan oklusi dalam arah horizontal, dan memudahkan pendeteksiannya. Kesalahan kontak antara gigi-geligi dalam oklusis sentrik dapat dilihat dalam multu pada saat dokter gigi member instruksi pada pasien untuk menarik rahang ke belakang, menutup hanya sampai terasa ada gigi yang berkontak dan kemudian menggigit kuat-kuat dan membuka mulut lebih dulu. Setipa kontak gigi dan luncuran yang terjadi dari saat kontak tersebut dapat dirasakan oleh jari-jari. Luncuran setelah kontak pertama ini adalah suatu kesalahan dideteksi dengan mudah.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan factor fonetik dengan baik pada pasien GT, yaitu khusus untuk pemakai gigi tiruan lepas rahang atas yang menggunakan plat palatum, diperlukan waktu maksimal 3 hari untuk mengembalikan fungsi fonetik dengan baik. Tapi jika dalam tempo 10 hari ternyata fungsi fonetik tidak kembali, artinya dokter gigi harus memperbaiki desain protesanya (gigi palsu).4

Cara mengevaluasi kejelasan pengucapan pada pasien GT, yaitu evaluasi kejelasan pengucapan dilakukan dengan 2 cara, yaitu penilaian obyektif dan subyektif. Cara penilaian obyektif yaitu dengan menghitung F 1 F 2, vokal bahasa Indonesia dalam Hertz (jumlah gelombang per detik) dan menghitung durasi konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ dalam bahasa Indonesia yang dihitung dalam milidetik. Cara penilaian subyektif adalah dengan dilakukan berdasarkan jumlah responden yang tidak mengalami kesulitan mengucapkan kata-kata gabungan vokal dan konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ dan kejelasan pengucapan menurut operator.5

Faktor yang mempengaruhi penentuan estetik dari GTP, yaitu estetika juga dipengaruhi oleh relasi vertical antara mandibula dan maksila. Pengamatan terhadap kulit bibir dibandingkan dengan kulit bagian lain dari wajah dapat dipakai sebagai petunjuk. Dalam keadaan normal, tonus kulit harus sama dimanapun. Tetapi harus disadari bahwa posisi relatif gigi dalam arah anteroposterior paling sedikit sama terlibat dalam relasi vertical rahang dan dalam perbaikan tonus kulit. Pedoman estetik bagi relasi maksilomandibular yang benar dalam arah vertical, pertama ialah memilih gigi-gigi dengan ukuran yang sama dengan gigi-gigi aslinya. Dan kedua, memperkirakan secara tepat jumlah jaringan alveolar yang telah hilang. Jumlah jaringan yang hilang dapat ditentukan dari riwayat dental serta lamanya gigi-gigi tersebut telah hilang.1

♥Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan GTP agar tidak menggganggu fonetik, yaitu dalam pembuatan gigitiruan penuh agar tidak mengganggu fonetik adalah :1

1. Tebalnya basis gigitiruan

Salah satu penyebab hilangnya nada dan gangguan pengucapan adalah berkurangnya volume udara dan ruang untuk lidah dalam rongga mulut karena terlalu tebalnya basis gigitiruan. Tapi gigitiruan yang terlalu panjang (over ekstensi) akan melanggar batas jaringan bergerak, dimana kedalaman sulkus yang berubah akan mengganggu kebebasan pergerakan lidah, bibir dan gigi selama pengucapan sehingga menyebabkan gangguan pengucapan, terutama bila fungsi bibir selalu dihalangi.

Yang paling penting adalah tebal basis yang menutupi palatum, disini tidak ada kehilangan jaringan asli dan basis ini mengurangi ruang lidah dan volume udara dalam mulut. Tebal sayap labial gigitiruan mempengaruhi bunyi b dan p

2. Dimensi vertical

Penentuan dimensi vertical tidak tepat terutama pada pasien yang sudah kehilangan semua gigi. Dimensi vertical yang terlalu tinggi dapat menyebabkan oerubahan suara labial. Selain terjadi klicking teeth, berupa gangguan suara saat mengucapkan huruf s, karena terlalu dekatnya gigi depan atas dan bawah sehingga terjadi kontak premature. Bila dimensi vertical terlalu rendah akan terjadi sigmatismus interdentalis yaitu perubahan suara terutama pada pengucapan huruf s menjadi berdesis.

3. Dataran oklusal1

Bila dataran oklusal terlalu tinggi maka posisi dari bibir bawah akan mengalami kesulitan. Bila sebaliknya dataran oklusal terlalu rendah maka bibir akan overlap terlalu banyak dengan permukaan labial gigi geligi atas sehingga dapat mempengaruhi pembentukan bunyi.

4. Hubungan gigi-geligi depan atas dan depan bawah1

Pendekatan antara gigi atas dan bawah akan mempengaruhi oenbentukan bunyi pada bunyi s dimana dapat keluar melalui pembukaan yang kecil. Pada hubungan rahang protusi dan retrusi ada bebrapa kesuitan yang dapat dirasakan delam pembentukan bunyi s.

Posisi gigi anterior dalam arah anteroposterior merupakan salah satu factor yang pelu diperhatikan dalam pembentukan suara labial.

5. Daerah post-dam2

Pembuatan postdam yang tidak cepat akan menyebabkan udara masuk ke ruang antara jaringan lunak dan basis geligi tiruan. Sebaliknya postdam yang terlalu menekan palatum molle dapat menyebabkan gangguan pengucapan huruf k dan g. Apabila basis pada daerah post-dam terlalu tebah dan bersudut dapat menyebakan iritasi dorsum lidah, mengganggu bicara dan dapat menimbulkan rasa mual.

6. lebar lengkung rahang2

Apabila gigi geligi disusun dalam lengkung rahang yang terlalu semoit maka lidah akan terhalang sehingga mempengaruhi besar dan bentuk saluran udara yang menyebabkan kegagalan pengucapan konsonan seperti t d s m n k.

Pengaruh fonetik GT jika vertical dimensi terlalu pendek atau terlalu tinggi, yaitu uji fonetik bagi dimensi vertical lebih bersifat mendengarkan suara yang di produksi dari pada mengamati hubungan antara gigi-gigi ketika berbicara. Produksi suara ch, s, dan j membawa gigi anterior saling mendekat. Apabila susunannya benar, insisif bawah harus bergerak maju ke posisi hampir langsung di bawah dan hamper menyinggung gigi insisif satu atas. Jika jaraknya terlalu besar, berarti dimensi vertikalnya terlalu rendah. Jika gigi anterior bersentuhan sewaktu suara-suara ini di ucapkan, dimensi vertikalnya mungkin terlalu tinggi. Demikian juga jika gigi-gigi saling berbenturan ketika berbicara, dimensi vertikalnya mungkin terlalu tinggi.1

Estetika juga di pengaruhi oleh relasi vertical antara mandibula dan maksila. Pengamatan terhadap kulit bibir di bandingkan dengan kulit bagian lain dari wajah dapat di pakai sebagai petunjuk. Dalam keadaan normal, tonus kulit harus sama di manapun. Tetapi harus di sadari bahwa posisi relative gigi dalam arah anteroposterior paling sedikit sama terlibat dalam relasi vertical rahang dan dalam perbaikan tonus kulit.1

Hal yang diperhatikan dalam merancang GT untuk adaptasi kosmetik keperluan estetik, yaitu: 6

  1. Festooning – merupakan daerah-daerah lunak yang dibentuk ke dalam acrylik dari gigitiruan anda untuk menstimulasi akar-akar alami dari gigi anda dibawah jaringan.
  2. Stippling – adalah pola seperti lesung yang diaplikasikan pada fascia gigitiruan agar tampak seperti pori-pori alami dalam jaringan
  3. Rugae – adalah sebuah pola berbentuk washboard pada langit-langit gigitiruan anda, ditempatkan untuk bertindak seperti daerah-daerah alami dalam atam mulut. Ada teori yang mengatakan bahwa daerah-daerah ini bisa membantu dalam fonetik dan pengunyahan.
  4. Veined acrylics – banyak acrylic berkualitas yang berasal dari serat-serat merah kecil yang pulih pada basis gigitiruan dan memiliki kenampakan vena-vena kecil, ini juga membantu menghilangkan kenampakan seperti gigitiruan.
  5. Impact Resistant – adalah acrylic-acrylic yang dirancang dengan lebih banyak resistensi terhadap kepecahan.

Semua ini adalah opsi-opsi yang anda bisa bahas dengan profesional gigi ketika baru membuat gigitiruan. Perhatian terhadap rincian-rincian ini merupakan cara lain untuk memastikan kenampakan gigi alami yang sehat, memberikan anda kemampuan untuk tersebut dengan percaya diri.6

♥Hal yang terjadi jika bidang oklusal terlalu tinggi atau terlalu rendah pada GTP, yaitu akan terjadi gangguan bunyi kelompok labial Pada pembuatan GTP terutama pada penentuan tinggi bidang oklusal hal ini dilakukan pada pembuatan galengan gigit. Bibir atas menjadi petunjuk apakah panjangnya memadai. Bidang oklusal posterior dibuat sejajar dengan garis ala tragus berdasarkan posisi bidang oklusal yang wajar. Kemudian galengan gigit bawah disesuaikan agar berkontak rata dengan galengan gigit bawah.1

Jika bidang oklusal terlalu tinggi tentu posisi bibir akan terganggu, jika sebaliknya Terlalu rendah bibir bawah akan tumpang tindih dengan permukaan labial gigi atas. Bila ada gangguan terhadap bidang oklusal dental ( F,V ).1

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan pada makalah ini, yaitu:

1. Fonetik, produksi bunyi waktu berbicara, dapat digunakan sebagai pedoman untuk menempatkan gigi-gigi.

2. Gigi-gigi jika disusun sangat penting untuk keperluan estetika, bukan hanya bunyi saat bicara saja yang penting, tetapi perlu juga diperhatikan hubungan antara lidah, gigi, basis gigi tiruan dan bibir.

IV.1. Saran

Dalam pembuatan GT selain kesesuaian GT pada rongga mulut sebaiknya diperhatikan factor estetik, fonatik, serta mastikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boucher

2. Haryanto A. Gunadi.Ilmu Geligi Tiruan Lepasan jilid 2. Jakarta: Hipokrates, 1995

3. William Yolanda. Kegagalan Adaptasi Fonetik pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Lepasan dan Penanggulangannya. Available from: http://digilib.usu.ac.id

4. No Name. Ompong Berakibat Cadel. 2007. Available from : http://www.korantempo.com

5. Marlina Marlianna. Cara evaluasi. 2008. Available from : http://fonetik_estetik/cara/20evaluasi.htm

6. Masdin. Fungsi Estetik, Fonetik dan pengunyahan dari GTL.2008. Available from : http://www.penerjemahonline.wordpress.com.

blog lainnya